Sinopsis:
Film dibuka dengan scene di dalam kelas. Tampak seorang guru sedang berbicara dan murid tampak mendengarkan dengan bosan. Meski tahu tidak ada lagi antusiasme, tetapi si guru tetap melanjutkan ceritanya. Ada yang bermain ponsel, bercengkrama dengan teman lain, bahkan tidur di bangkunya. Sesekali si guru menepuk bahu anak yang tidur atau mengambil ponsel anak tersebut.
Yuko Moruguchi (Takako Matsu) bermaksud bercerita kepada muridnya tentang "kehidupan" karena sebentar lagi ia akan mengundurkan diri dari sekolah. Mendengar pengakuan siguru tersebut, anak-anak pun hening sejenak. sedikit demi sedikit mereka mendengarkan si guru.
Suasana semakin hening ketika Ibu Moruguchi menceritakan tentang anak perempuannya yang telah meninggal karena tenggelam di kolam renang sekolah. Polisipun menganggap kematian anak peremupuan Bu Moruguchi sebagai kecelakan biasa. Tetapi, ia tidak menerima kematian anaknya yang mendadak seperti itu. Anak perempuannya yang sangat dia cintai dan dia rawat dari kecil hingga besar tidak mungkin meninggal begitu saja.
Fakta lain ia temukan, bahwa ada keganjalan dalam kematian anak perempuannya itu. Fakta kuat yang ia temukan ialah bahwa anak perempuannya itu dibunuh oleh muridnya sendiri. Ya. Murid yang ada di dalam kelas saat ia menjelaskan tentang kematian anak perempuannya.
Bu Moruguchi tidak menyebutkan secara langsung nama anak tersebut. tetapi dia memanggilnya dengan "si A" dan "si B". Si A ialah murid jenius. Beberapa kali ia menerima penghargaan di bidang sains. sedangkan Si B ialah murid pendiam dan tidak memiliki teman.
Dengan petunjuk tersebut, seisi kelas bisa menebak siapa si A dan siapa si B. Si A bernama Shuuya Watanabe (Yukito Nishii) dan si B bernama Naoki Shimomura (Kaoru Fujiwara). Meski mengetahui pembunuh anak perempuannya, Bu Moruguchi enggan melaporkannya ke polisi. Karena anak usia 13 tahun tidak akan dihukum berat karena adanya undang-undang perlindungan hukum. Bu Moruguchi merencanakan hukuman ringan sebagai pembalasan kepada kedua anak tersebut. Yaitu dengan cara menyuntikkan darah suaminya yang terjangkit virus HIV ke dalam minuman susu yang dibagikannya saat makan siang.
Setelah menceritakan hal ini, Bu Moruguchi memang meninggalkan sekolah. Tetapi Shuuya tetap masuk sekolah tanpa penyesalan sedikitpun. Di sekolah Shuuya jelas mendapatkan Bully dari teman-teman sekolahnya. Buku-buku Shuuya dibuang, mejanya dicoret-coret, lokernya penuh dengan sampah dan puncaknya ia diikat dengan lakban. Sedangkan Naoki, ia sangat depresi karena mengetahui dalam dirinya mengalir darah HIV. Dia tidak berani masuk sekolah dan melarang ibunya untuk mendekatinya.
Seiring berjalannya cerita, kita akan mengetahui rentetan peristiwa sebenarnya yang terjadi. Mengapa Shuuya dan Naoki merencanakan pembunuhan anak perempuan bu Moruguchi. Diakhir cerita kita dikejutkan oleh keputusan Shuuya yang ingin membunuh seluruh teman-temannya pada saat ia menerima penghargaan siswa teladan pada upacara kenaikan kelas.
Film ini mendapatkan penghargaan box office dalam 4 minggu di bioskop. Alur cerita yang maju mundur membuat penonton berpikir keras dan harus menonton film ini dari awal hingga akhir tanpa detik yang terlewat. Akting dari para pemerannyapun sangat bagus meski diperani oleh anak-anak usia 13 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan cuma jadi silent reader, komennya ditunggu untuk perbaikan blog ini ^^